Thursday, July 26, 2007

Program Cari Popularitas?

Pemuatan kliping suratkabar, terutama yang mengandung opini, bukan berarti kami setuju dengan muatan isinya. Di sini kliping disajikan sebagai gambaran reaksi masyarakat yang tentu saja beraneka ragam.
Tujuan blog ini adalah membantu penyebaran informasi, sosialisasi, menyampaikan saran dan kritik. Sebagai kontribusi agar Bus Sekolah benar-benar bermanfaat bagi Jakarta, dan kita sama-sama saling menjaga dan memelihara agar pelaksanaannya berjalan sesuai dengan tujuan dan fungsinya.


Suara Karya - Niat berbuat baik belum tentu menghasilkan kebaikan pula. Itulah kehadiran 34 armada bus pelajar yang diluncurkan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso di halaman gedung SMA 48 Pinang Ranti, Kampung Makassar, Jaktim, Kamis (19/6) lalu. Bahkan, bus sekolah gratis itu bisa menjadi bom waktu, nasibnya dikhawatirkan seperti bus sekolah sebelumnya.

"Bus sekolah gratis itu program Sutiyoso untuk mencari popularitas, karena tinggal dua bulan lagi mengakhiri masa jabatannya. Sebab, tidak diprogramkan secara konseptual, tidak ada kajian yang matang, sehingga bisa menjadi bom waktu. Komisi E (Bidang Kesejahteraan) DPRD yang menangani masalah pendidikan juga tidak pernah diajak bicara soal bus sekolah itu. Padahal, DPRD sangat berperan dalam kelangsungan operasional bus sekolah itu," ujar anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta Gandhi Sulhani, Rabu (25/7).

Lebih lanjut Gandhi Sulhani menambahkan, belum ada kajian analisis dampak lingkungannya, menunjukkan bahwa program ini tidak konseptual dan asal diluncurkan. Sangat besar berpotensi menghadirkan persoalan baru di kemudian hari. "Secara prinsip saya setuju program bus sekolah gratis itu, sejauh untuk menunjang kesejahteraan warga, bisa mengurangi beban masyarakat Jakarta yang harus menanggung biaya transportasi putra-putrinya untuk pergi-pulang sekolah. Namun, seharusnya dikaji secara cermat dulu baru diluncurkan," kata Gandhi Sulhani, mantan Camat Matraman itu.

Sangat Kurang

Jumlah bus sekolah gratis yang beroperasi hanya 30 armada (4 armada cadangan), jelas sangat kurang untuk melayani puluhan ribu siswa di 125 SMP dan 95 SMA negeri-swasta se-DKI Jakarta. Apalagi setiap rute hanya dilayani 5-6 armada masing-masing berkapasitas sekitar 40 siswa.

"Program bus sekolah ini tentu akan menjadi pekerjaan rumah (PR) gubernur baru yang terpilih dalam pilkada ini. Jadi harus ada solusi yang komprehensif soal penambahan armadanya, subsidi anggaran operasionalnya. Kemudian, bila jumlahnya sudah memadai, jangan sampai ada sopir angkot yang demo lantaran lahan mereka diambil oleh bus sekolah. Inilah pentingnya ada kajian analisis dampak lingkungan (amdal)," kata Gadhi Sulhani.

Sejumlah pelajar di Jalan Dewi Sartika, Cawang, Jaktim, mengaku tidak memanfaatkan bus sekolah gratis itu. Pasalnya, mereka harus menunggu lama. Kemudian, bila bus datang, penumpangnya sudah penuh sesak. "Kami nggak pernah naik bus sekolah gratis karena jumlahnya masih sedikit, berjam-jam baru lewat. Kami jelas nggak sabar nunggunya," kata Erlina Wulipi, siswa kelas 2 SMA swasta di bilangan Kramatjati.

Bus sekolah gratis melayani 4 rute, yakni Lapangan Banteng-Kemayoran-Tanjung Priok-Pulo Gadung. Rute TMII-Kampung Melayu, rute Pasar Minggu-Blok M, serta dua rute penghubung, yaitu rute Cawang-Plumpang dan Cawang- Grogol.

Sebelumnya, Wakil Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Udar Pristono mengatakan, subsidi biaya operasional bus sekolah gratis akan dianggarkan pada tahun jamak sehingga tidak berhenti ketika APBD lambat dicairkan. (Yon Parjiyono)

No comments: